Minggu, 06 Maret 2016

Coklat Tanpa Janji

       Sekuncup senyum yang menyapu setiap tepi jurang sedihku
             Aku tak mundur sekalipun
Hanya berdiam ditempat, dengan suatu isakan yang membuatnya mengetahui dimanakah jurang sedih yang menelanku
     Peluh luka, dengan berinci-inci sayatan yang tak bisa ku ketahui lagi dibagian mana saja,
          Karena semuanya terasa sakit
Begitu sakit hinggaku tak mampu tuk mengetahui secara pasti beberapa tempat itu

Namun….
        Ayunan angin tiba-tiba menerpa dan menarikku pada pelukannya
            Aku tak merasakan sakit lagi
Walaupun tangannya mengusap bagian-bagian tubuhku yang basah akan tinta merah
      Dia justru menenangkan
Menghanyutkan bagaikan air deras
                 Namun dia pun tak deras
Dia begitu tenang dengan kumpulan warna coklat tua matanya
    Mata yang indah

        Mata dan senyum itu, sama sekali tak memberiku lusinan janji
Bibir itu, tak menyapukan hembusan suara yang membuatku terbang keawan yang pada detik berikutnya menjatuhkanku pada dasar lautan
           Aku cukup bisa merasakan kehangatan dengan rengkuhan tubuhnya
        Dengan gengaman tangannya
Atau dengan glitikan jail pada telapak kakiku yang membuatku tergelak bersamanya
                 Hal-hal sederhana yang ditanamkannya begitu erat dalam pikiranku

Jepara, 28 Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar