Sekuncup senyum yang menyapu setiap tepi jurang sedihku
Aku tak mundur sekalipun
Hanya berdiam ditempat, dengan suatu isakan yang membuatnya mengetahui dimanakah jurang sedih yang menelanku
Peluh luka, dengan berinci-inci sayatan yang tak bisa ku ketahui lagi dibagian mana saja,
Karena semuanya terasa sakit
Begitu sakit hinggaku tak mampu tuk mengetahui secara pasti beberapa tempat itu
Namun….
Ayunan angin tiba-tiba menerpa dan menarikku pada pelukannya
Aku tak merasakan sakit lagi
Walaupun tangannya mengusap bagian-bagian tubuhku yang basah akan tinta merah
Dia justru menenangkan
Menghanyutkan bagaikan air deras
Namun dia pun tak deras
Dia begitu tenang dengan kumpulan warna coklat tua matanya
Mata yang indah
Mata dan senyum itu, sama sekali tak memberiku lusinan janji
Bibir itu, tak menyapukan hembusan suara yang membuatku terbang keawan yang pada detik berikutnya menjatuhkanku pada dasar lautan
Aku cukup bisa merasakan kehangatan dengan rengkuhan tubuhnya
Dengan gengaman tangannya
Atau dengan glitikan jail pada telapak kakiku yang membuatku tergelak bersamanya
Hal-hal sederhana yang ditanamkannya begitu erat dalam pikiranku
Jepara, 28 Februari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar