Cerpen :
“Lumpuhkan Ingatanku”
Jangan sembunyi
Kumohon padamu jangan sembunyi
Sembunyi dari apa yang terjadi
Tak seharusnya hatimu kau kunci
“Mario---“ seorang gadis cantik tengah
berlari mendekat. Lengkingan suaranya telah berhasil membungkam pergerakan kaki
lelaki didepannya.
“Ya” lelaki itu tengah menatap gadis
dihadapannya dengan heran.
“Kenapa kau tak menungguku sampai aku
keluar kelas?” Mario semakin mengernyit heran, kedua alis matanya tlah
menjulang tinggi menandakan sebuah tanda besar didalam otaknya. Zilqie mulai
mengerti, dia yakin sosok dihadapannya tengah kebingungan dan Zilqie bisa
melihat itu dari sorot matanya.
“Aku kan pacarmu, kenapa kau tak
menungguku” kata-kata itu meluncur manis dari mulut Zilqie. Tanpa dikomando dan
tanpa bisa dicegah, Zilqie diam-diam tengah merutuki dirinya sendiri. Betapa
bodohnya dia, kenapa kata-kata itu bisa keluar dari mulutnya!
Zilqie menundukkan kepalanya. Dia
sangat takut dan malu dengan semua ini. Dengan kata-kata bodoh itu, dia kini
menjadi pusat perhatian dengan hujatan dalam hati yang bisa dia rasakan dengan
jelas. Ya—Hujatan itu berasal dari teman-teman sekolahnya yang tengah
mencibirnya dengan sebuah kenyataan bahwa Zilqie lah, sosok gadis yang berhasil
memiliki hati Mario, cowo terpopuler dengan ketampanan dan kekayaan yang
melimpah.
“Haruskah itu” sanggah Mario dengan
suara ketus. Membuat Zilqie sedih dan kian menundukkan wajahnya semakin dalam.
“Baiklah, kita pulang sekarang. Aku tak
mau terus-terusan menjadi pusat perhatian gara-gara tingkah kekanak-kanakanmu”
Mario menggenggam pergelangan tangan Zilqie. Membiarkan tubuh mungil itu
berjalan sedikit terseret, berusaha menyeimbangkan langkah itu. Genggaman itu
begitu kuat dan bertenaga, membuat Zilqie meringis kesakitan dengan bercak
merah yang tengah membekas pada pergelangan tangannya. Zilqie hanya bisa diam,
menghela nafas dengan berulang kali mencoba mencegah butiran-butiran kristal
itu semakin menggenang dan menghujani pipinya. Zilqie kembali merutuki dirinya
sendiri dengan semua kebodohan yang tengah diperbuatnya, membiarkan Mario kesal
dan berlaku kasar kepadanya.
***
Bertanya…
Cobalah bertanya pada semua
Disini ku coba unntuk bertahan
Ungkapkan semua yang kurasakan
Zilqie
tengah terdiam menopang dagunya dengan kedua tangan yang dilipat diatas meja.
Pandangannya tak pernah lepas pada sosok tampan dihadapannya. Senyuman itu tak
pernah surut, sudah beberapa menit yang lalu ia menjalankan aktivitasnya
sekarang, wajah pacar-nya yang tengah berseri-seri dengan canda dan tawa yang
tak berhenti dari bibir manisnya yang tlah benar-benar menyita gadis itu untuk tidak berpaling.
Soprot
mata Zilqie seketika surut, pandangan matanya telak tlah menangkap adegan mesra
pacar-nya dengan Grania, gadis dengan dandanan modis dan sosok gadis populer
disekolah. Hati Zilqie terbakar, dia benar-benar merasa cemburu dengan ini.
Terlebih tak ada sedikitpun penolakan dari Mario, yang seolah-olah sedang
menikmati perlakuan manis dari Grania. Kenapa Mario melakukan itu? Tak ingatkah
dia ada Zilqie dihadapannya? Kenapa seolah-olah Mario tak menganggapnya ada.
Kenapa Mario tak pernah memperlakukannya dengan sedikit manis.
Hati
gadis itu terlihat hancur, pandangan matanya kabur tertutup endapan airmata
yang tengah menutupi kedua bola matanya. Benteng pertahanannya benar-benar
runtuh, hancur tak bersisa. Dia tlah mencoba bertahan dengan ketidakperdulian
Mario, dengan perlakuan kasarnya, dan dengan kata-kata pedasnya. Tapi tidakkah
ada sedikit celah untuk memberikan kenyamanan itu? Zilqie tak pernah bisa
memungkiri. Dia menginginkan itu, dia ingin diperlukan baik dan diperlukan
olehnya. Tapi kenapa seolah semuanya menjadi sukar dan sangat sulit? Sangat
tidak mungkin terjadi. Tapi kenapa dengan gadis lain Mario bisa? Mario bisa
tertawa lepas dengannya. Mario bisa bersikap lembut dan baik dengannya. Mario
bisa nenperdulikannya, bahkan sangat memperdulikannya. Tapi kenapa dengan
Zilqie dia tidak? Kenapa? Apa bedanya Zilqie dengan gadis itu? Zilqie sudah
cukup bertahan. Mengubur semua kesedihan yang tengah menyelimutinya. Membiarkannya
kian menusuk menembus ulu hatinya.
Napas
Zilqie semakin memburu, sorot matanya memanas. Gadis itu – gadis itu tlah
mencium Mario tepat didepannya. Kenapa sekarang terasa begitu menyakitkan? Dia
sama sekali tak perduli denganku. Apakah aku se childish itu? apakah aku egois? Bila mengingkan pacarnya lebih
memperhatikan dia daripada orang lain?
Kau acuhkan aku
Kau diamkan aku
Kau tinggalkan aku…
***
***
Zilqie
tlah menuruni anak tangga, kelasnya tlah selesai beberapa menit yang lalu.
Membuat gadis pemilik mata hitam pekat itu kembali bernapas lega.
Konsekuensinya benar-benar bayar. Pikirannya melayang entah kemana membuatnya
seketika menjadi gadis pemurung, senyuman dan keceriaan itu telah lenyap.
Meninggalkan sebuah sirat kesedihan yang kentara, wajahnya terlihat pucat, dan
matanya yang sembab dan sayu. Kekecewaannya dengan Mario terasa benar-benar
membekas.
Dilangkahkan
kakinya menuju ruang perpustakaan, berharap bisa menghilangkan rasa sedih dan
lelah yang dia rasakan. Zilqie rasa, membaca beberapa novel fantasi dapat
menghilangkan rasanya itu. perpustakaan terlihat sepi. Hanya beberapa orang
yang tengah duduk dan berlalu lalang mengobrak-abrik isi rak buku untuk
mendapatkan buku yang dikiranya menarik, namun ada juga yang tertidur
dipojokan. Entah bener-bener tertidur atau sengaha tidur, Zilqie
menggeleng-gelengkan kepala. Ditelusurinya rak dipojokan ruangan, membiarkan
tangan mungilnya menyusuri setiap jengkal buku dihadapannya.
“Emang
lo mau Zilqie sakit hati nantinya?” smar-samar Zilqie mendengar namanya disebut
saat tangan mungilnya tengah melayang menjinjing novel fantasi yang membuatnya
tertarik.
“Waktunya
belum tepat, yan” Zilqie menajamkan telinganya dan mendengar jelas suara itu.
Bukankah itu suaranya--- Mario? Dia berbicara dengan siapa? Yan? Apakah Ryan?
Tapi--- Tapi dia bilang waktu? Waktunya belum tepat? Apa yang sebenarnya mereka
bicarakan?
“Ya,
tapi gue gak tega sama Zilqie, yo. Belum lagi apa responnya nanti kalo dia tau lo sebenarnya gak suka sama dia” Jadi?
Mario engga suka sama dia? Lalu status hubungan mereka ini? Untuk apa Mario
meminta Zilqie buat jadi pacarnya?
“Ya---
mau gimana lagi. Gue khilaf waktu itu, gue kesel pas Grania mutusin gue. Gue
dongkol, gue pengen buat Grania cemburu dan minta balikan lagi sama gue.”
Zilqie
tercekat, novel dalam genggaman tangannya pun hampir terlepas. Meluncur jatuh
menghantam pilar-pilar lantai. Namun buru-buru Zilqie menggapainya.
“Trus
apa? Lo pacaran sama dia cuman mau manfaatin dia aja gitu? Harusnya lo bilang
yo, lebih baik tau lebih awal daripada tau belakangan. Itu bakalan nyakitin
hati Zilqie banget.”
“Gue
gak bisa nagsih tau dia, yan” terdengar helaan napas Mario. Dia bingung, dia
tidak tau harus bagaimana.
“Tapi
sampai kapan? Harusnya lo tuh bilang sama Zilqie dari awal. Gak kayak gini”
Mario kembali menghela napasnya dengan berat. Dia mengepalkan jemari tangannya,
membierkan jari itu menjadi mengeras dan putih pucat.
Tiba-tiba
menjatuhkan novel yang digenggamnya. Dengan langkah gontai Zilqie keluar dari
tempat persembunyiannya. Kedua lelaku itu mulai menoleh pada sumber suara,
napasnya seakan tercekat ketika melihat seorang gadis dengan raut pucat dan
mata sembab keluar dari balik rak buku novel fantasi. Ryan pun terkejut dan
mengangkat kedua tangannya menyerah.
“Oke,
gue balik aja karna ini maslah kalian” Zilqie kembali memperhatikan lelaku
dihadapannya.
“Kenapa
gak bilang” Zilqie bergumam dengan suara pelan.
“Zilqie---“
Mario terperangah tidak tau harus berbuat apa.
“Kenapa
gak bilang?” lagi-lagi Zilqie mengucapkan kata-kata yang sama.
“Listen.
Aku bisa jelasin semuanya, Qie” ucap Mario sedikit memohon. Namun Zilqie hanya
mengernyit, berjalan mundur ketika Mario melangkah mendekatinya.
“Apa?
Kenapa gak bilang? Kenapa gak bilang semuanya dari awal?”
“Qie---“
Mario melangkah kian mendekat, berusaha menggapai tangan Zilqie dan
menggenggamnya. Tapi dengan gerakan cepat, Zilqie menepis tangan itu dengan
kasar.
“Aku
punya salah apa sama kamu, yo? Kenapa kamu tega ngelakuin ini ke aku? Kenapa
harus aku yang kamu jadiin pelampiasan? Kenapa yo? Kenapa?” Zilqie menggertak
dengan suara bergetar. Bulir-bulir airmatanya sudah meluncur manis dengan
derasnya. Mario hanya terdiam, merasa sedikit lega karena Zilqie tlah
mengetahui semuanya. Tapi, kenapa sisi lain hatinya merasakan skait. Dia merasa
tercekat karena melihat gadis didepannya menangis, menangis karnanya.
“Sekarang
aku tau--- Aku tau, kenapa selama ini kamu gak perduli sma aku. Kenapa selama
ini kamu selalu berbuat kasar ke aku. Kenapa kamu seolah-olah membenciku dan
gak nganggap aku ada. Karna ternyata kamu cuman mainin aku kan?” Mario
menggelengkan kepala. Dia sama sekali tak berniat menyakiti hatinya.
“Kau
tau, betapa sakitnya aku? Kau tau betapa tersiksanya aku selama ini dengan
semua sikapmu. Tapi aku cuma bisa diam. Kau sama sekali gak perduli sama aku.
Kamu sama sekali tak pernah menghargaiku” Zilqie hanya tersenyum sinis,
merutuki kebodohannya yang tak peka dan tampak buta tentang semua ini. Kenapa
dia tak pernah curiga dengan kedatangan Mario yang tiba-tiba meminta menjadi
pacarnya. Kenapa dia tak pernah curiga dengan semua itu? betapa bodohnya dia.
Betapa butanya dia dengan pesona lelaki itu. Tak bisakah dia membedakan arti
sorot mata Mario yang terlihat berbeda. Tak bisakah?
Mario
terlihat mendengus frustasi. Dia sangat merasa bersalah dengan semua ini.
Misnya tlah tercapai sempurna karena Grania tlah kembali ke pelukannya. Tapi
kenapa dia merasa tercekat ketika melihat Zilqie menangis. Ulu hatinya terasa
sesak seolah-olah ada yang mengganjal disana, menggerogoti dan menikamnya hingga
tersayat dan perih. Digenggamnya tangan mungil itu kembali. Diremasnya lembut
memberikan sensasi aneh disana.
“Maafin
aku, Qie. Aku tau aku salah, aku kalut saat itu. Aku tidak tau
lagi apa yang harus aku lakukan” Zilqie menyentakkan tangan itu dengan kasar.
lagi apa yang harus aku lakukan” Zilqie menyentakkan tangan itu dengan kasar.
“Udah
yo. Semuanya udah berakhir--- Gak ada gunanya lagi aku disini. Lupain semuanya,
anggap kalo semua tak pernah terjadi. Anggap kalo aku gak pernah ada. Dan aku
pun begitu. Aku akan mencoba menghapus memori tentang kita, aku akan mencoba
melupakan rasa sakit ini.”
“Gak
Qie---“
“Aku
harus pergi. Terimakasih semuanya” Zilqie memandang sekilas Mario yang terpukau
dengan kata-katanya. Hatinya terasa semakin tersayat melihat sorot penyesalan
dari mata indah itu. Tapi kau telat yo. Aku udah terlanjur sakit dengan ini.
Selamat tinggal, aku akan pergi dari kehidupan kamu. Akan melupakan semua
memori tentang kita.
Zilqie
membalikkan tubuhnya dan kembali melangkah pergi dengan derai airmata yang tak
henti-hentinya menetes, mengabaikan teriakan Mario yang terus memanggil
namanya. Dia terlanjur buta untuk tidak kembali melihatnya. Dia akan belajar
tuli untuk tidak mendengarkan apapun tentangnya.
Lumpuhkanlah ingatanku
Hapuskan tentang dia
Ku ingin lupakannya
Jangan sembunyi…
Kumohon padamu jangan sembunyi
Sembunyi dari apa yang terjadi
Tak seharusnya hatimu kau kunci
Lumpuhkanlah ingatanku
Hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentangnya
Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia
Ku inginku lupakannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar